Minggu, 07 Maret 2010

Yang Harus Diingat dalam Menulis


Menulis itu gampang atau susah sih? Semua tergantung pola pikir. Kalau kamu beranggapan menulis itu mudah, maka ide akan berkeliaran di sekitarmu, menunggu untuk ditangkap. Malah kamu akan terus-menerus menulis, sulit berhenti! Akan tetapi kalau belum apa-apa kamu sudah melabeli menulis sebagai sebuah pekerjaan yang mahasulit, ya akan begitu juga jadinya. 

Tiap orang punya cara masing-masing dalam menulis. Ada yang langsung dapat menemukan metode yang membuatnya bersemangat untuk berkarya, ada juga yang mentok dan baru menemukan pencerahan setelah membaca-baca tips atau buku mengenai kepenulisan. Semoga dengan membaca tips-tips di bawah ini, kamu jadi lebih semangat dalam menulis.
  • Cari tahu mengapa kamu ingin menulis. Kalau perlu catat dan tempelkan di tempat yang kamu lihat setiap hari. Saat kecewa karena naskahmu ditolak penerbit atau mendapatkan komentar menyebalkan, ingat-ingat alasanmu menulis supaya tetap termotivasi.
  • Perbanyak membaca dan latihan menulis. Practice does make perfect!
  • Bikin target yang realistis agar kamu tetap semangat. (Satu halaman sehari, misalnya.)
  • Disiplin! Kalau niatmu menulis untuk jadi profesional (atau minimal semi-pro lah), mana bisa hanya dengan mengandalkan mood. Kalau memungkinkan, buat jadwal khusus dalam sehari untuk menulis.
  • Ciptakan suasana menulis yang mendukung. Bisa dengan menyetel lagu-lagu kesayanganmu, menyiapkan camilan serta minuman favoritmu sebagai penyemangat beraktivitas. Bisa juga dengan membereskan tempat khususmu menulis. Idealnya kita punya ruangan tersendiri untuk berkreasi dalam dunia tulis-menulis, tapi kalaupun tidak kita toh masih bisa menghiasi meja menulis kita dengan pernak-pernik unik serta menarik.
  • Bawa buku catatan kecil ke mana pun kamu pergi. Begitu sebuah ide muncul, segera catat.
  • Cara terbaik menghadapi writer’s block adalah dengan memercayai writer’s block itu hanya mitos. Kebingungan mereka plot? Kan bisa disiasati dari awal dengan membuat kerangka.
  • Bedakan writer’s block dengan kejenuhan dalam menulis. Kadang seorang penulis harus “mengendapkan” naskahnya sebentar dan bersosialisasi atau bermeditasi, apa pun yang bisa membuatmu kembali segar.
  • Cari tahu kelebihanmu apa. Bidang apa yang paling kamu kuasai? Misalnya kamu kuliah di bidang kedokteran. Akan lebih alami bagimu menulis kisah mengenai seorang dokter dan bukannya seorang pengacara.
  • Hindari menulis mengenai diri sendiri. That’s what diaries are for! Boleh-boleh saja menulis berdasarkan pengalamanmu, tapi ingat kata-kata Tom Clancy: The difference between fiction and reality? Fiction has to make sense.
  • Ikuti berbagai kegiatan dan perbanyak temanmu. Dengan memperluas pergaulan, kamu bisa mendapatkan inspirasi dari mereka. Pengetahuanmu juga akan bertambah. Lumayan tuh, untuk background information bagi karyamu.
  • Cari sahabat sesama penulis, agar bisa saling memberi dukungan dan masukan. Jauhkan pikiran untuk berkompetisi atau apa pun lah. Iri karena sahabatmu sudah menghasilkan tulisan dan kamu belum? Tenang saja. Kalau kamu tekadnya kuat dan tetap disiplin, someday, your time will come.
  • Kalau ingin menjadi penulis profesional, pikirkan untuk berinvestasi membeli KBBI alias Kamus Besar Bahasa Indonesia juga kamus tesaurus. Selain menambah kosa katamu, kamu juga bisa mengecek ejaan kata yang membuatmu bingung. Seorang penulis yang baik seharusnya mempermudah kerja editor dengan cara memoles naskahnya secantik dan sesempurna mungkin. Menulis dengan ejaan yang tepat dan tata cara yang benar akan membuat naskahmu jadi lebih rapi dan enak dibaca.
  • Saat ingin menerbitkan buku, pelajari dulu karakteristik sebuah penerbit sebelum mengirimkan naskahmu ke sana. Caranya bagaimana? Baca beberapa buku penerbit tersebut. Kalau “nadanya” mirip-mirip dengan karyamu, berarti ada kemungkinan naskahmu akan diterbitkan mereka.
  • Tulisanmu ditolak? Biasa. Bahkan penulis sekaliber Stephen King pun sering ditolak di masa mudanya. Tetap berusaha. Ada banyak koran/majalah/tabloid/penerbit di luar sana.
  • Kalau capek menerima penolakan, kamu bisa mempertimbangkan untuk menerbitkan sendiri karyamu.

TIPS MENGARANG


Bagaimana cara membuat cerita kita jadi lebih berbobot?
Mungkin akan terdengar membosankan, tapi jawabannya adalah: menguatkan dasar-dasar penulisan kreatif.

a) Penggunaan tanda baca dan diksi
Menguasai tanda baca bukan sekadar tahu di mana menaruh titik, koma, tanda kutip dan kawan-kawan. Melainkan juga paham fungsinya. Misalnya, koma memberikan jeda. Sementara titik menyuruh kita berhenti dan menyatukan makna kalimat yang kita baca.

Pengolahan diksi juga bukan sekadar menggunakan kata-kata yang terasa indah. Atau pengulang-ulangan. Namun juga bagaimana menyampaikan cerita agar terasa mengalir. Dan terbayang jelas di benak.

Jangan sembarangan memanjangkan kalimat dengan merantai-rantai koma. Atau lupa diri membumbui kalimat dengan kata-kata indah. Karena bisa membuat pembaca kehabisan napas.

Napas? Ya, ada yang namanya napas membaca.

b) Menyamakan napas membaca (bermain pewaktuan)
Dalam menari berpasangan, kita akan diajarkan untuk menyamakan napas dengan pasangan kita. Menulis juga sama dengan berdansa. Kita perlu menyamakan napas dengan pembaca. Kalau kita terus-menerus membawa pembaca dengan alur cepat, mereka bisa ketinggalan langkah.

Cobalah ingat saat kita asyik membaca cerita. Cerita serasa berputar di benak kita. Menari. Ketika kita harus membalik halaman untuk membaca sekali lagi, keasikan itu terganggu. Tarian di benak kita berhenti. Terpaksa mulai lagi dari berpegangan tangan dan melangkah.

Dan itu meliputi juga dua bagian berikut;

c) Menguntai paragraf
d) Menyajikan alur cerita


e) Penokohan dan interaksi antartokoh
Inilah faktor utama pengait emosi pembaca. Plot kita bisa sederhana saja: cinta antara dua orang manusia. Tapi dengan tokoh yang kuat, pembaca bisa tetap memiliki keterkaitan emosi yang hebat.

Apa hubungannya lima poin di atas dengan cerita yang lebih berbobot? Memangnya, apakah definisi berbobot bagi kamu?

1) Apakah menulis cerita yang tidak pernah dipikirkan orang sebelumnya?
2) Apakah menulis plot yang begitu kompleks agar pembaca bingung dalam memahaminya?
3) Atau apakah menulis suatu cerita yang berisikan suara khas kita, penulisnya? Sehingga karya ini menjadi otentik?
Bagi saya, cerita berbobot itu adalah yang ketiga. Cerita jenis pertama sudah tidak ada lagi di dunia. Dan jenis kedua pasti berhasil dalam tujuannya: membuat bingung.

Cara Mengarang yang Baik


1. Bahasa Indonesia

Mari mulai dari yang bisa diukur: bahasa. Naskah yang baik memakai bahasa yang baik (tidak harus benar). Artinya kalimat-kalimatnya runut dan enak dibaca, “bersih”.

Tentu saja ejaan berperan besar. Dan klmt-klmt itu gk dsngkt-sngkat. Emangnya lagi nulis SMS? Ini kelemahan besar para remaja yang lagi dilanda demam wanna-be-writers. Lame excuse: kan ada editor. Hei, dengar ya, kerjaan editor itu more than just mbenerin ejaan, meskipun mbenerin memang ejaan itu part of our job. Kalau terlalu parah, tentu saja naskah akan ditolak mentah-mentah.

Next, kalimat. Banyak pengarang yang membuat kalimat berpanjang-panjang, membuat capek yang membaca. Hindari ini. Contoh sederhana: “Dia memukul adiknya tidak keras.” Kalimat ini tidak salah, tapi tidak efektif. Jauh lebih menyenangkan membaca: “Dia memukul pelan adiknya.”

Hindari juga tuturan yang terlalu “terjemahan”. Hari gini dengan serbuan berbagai bahasa asing lain (gak cuma Inggris), jadinya kalimat yang kita pakai sering kali bukan kalimat bahasa Indonesia.

2. Ide
Semua ide itu basi, yang baru adalah cara penyampaiannya. Yap, sialnya kita tidak hidup di abad ke-12, hari gini hampir segala hal udah ditemukan, semua cerita udah pernah dituturkan. Tapi gimana cara menuturkannya?

Balik lagi ke cerita cowok-cewek saling benci tapi akhirnya saling cinta, yang diungkit Siska di posting sebelum ini. Ya ampun, cerita itu udah seribu dua ratus ribu juta kali diceritain sepanjang sejarah. Atau cerita cowok-cewek saling cinta tapi ditentang keluarga. Mmm... inget Romeo dan Juliet? Tapi cerita-cerita begini bukannya gak bisa diceritakan ulang, bikin dong tokoh sempalan. Misalnya buat si Juliet punya oom yang membela dia, atau bikin si Romeo bingung karena ada Julia selain Juliet. Atau... atau... ada seribu atau lagi.

Atau kalau saklek mesti cerita Romeo-Juliet ditentang keluarga, bikin dong keluarganya funky, atau masokis. Atau... atau... dan sejuta atau lain. Be creative, gunakan sel abu-abu otakmu itu! Inti cerita boleh sama, polesannya harus beda.

Satu contoh TeenLit lama tapi baru yang bagus adalah TeenLit terjemahan: Sang Putri dan si Miskin/The Princess & the Pauper, karya Kate Brian. Dari judulnya saja ceritanya bisa ditebak, tapi apakah ceritanya jadi membosankan? Sebaliknya, ini salah satu TeenLit paling seru yang pernah gue baca.

Satu hal lagi tentang ide dan kreativitas ini: awal cerita. Masih inget gak waktu kita SD dulu disuruh mengarang? Mayoritas karangan akan diawali dengan “Pada suatu hari aku... (dst).” Karangan gue waktu SD dinilai bagus karena gue menghindari pakem “Pada suatu hari...” ini. Rupanya pakem ini sekarang bergeser ke “Kring... kriing... Beker berbunyi keras. Aku membuka mata. Oh, tidak! Sudah jam tujuh! Ibu, kenapa Ibu tidak membangunkanku?” Yap, dari 30-an naskah yang kami, para editor, baca tiap bulannya ada paling tidak 20 yang diawali dengan pakem itu. Walhasil, langsung saja ke-20 naskah “Kring-kring” itu kami buang. So, awalilah novel dengan sesuatu yang bombastis dan menarik. Ledakan bom, mungkin? Adegan putus? Adegan ciuman? Hehehe...

3. Penulisan
Mulai main feeling, artinya ini benar-benar pendapat gue pribadi dan agak susah dijelaskan secara faktual. Bagi gue, novel yang bagus adalah novel yang “bulat”. Ini istilah gue, dan gue bisa merasakan novel yang bulat dari beberapa bab awal yang gue baca. Bukan karena gue sakti ya, tapi kalo gue coba pikir, karena:·

- Tokoh-tokoh novelnya kuat membuat kita “kenal” mereka. Gimana sih tokoh yang “kuat” itu? Tokoh itu gambaran fisik dan karakternya jelas. Misalnya tokoh Raya dalam Rival, yang langsung kita tangkap sebagai cowok yang lumayan tangguh, tapi ada segi lembutnya juga. Atau tokoh Ira dalam Beauty and the Best yang model. Mudah sekali menangkap seperti apa sih tokoh-tokoh ini.

- Jalinan cerita (alur)-nya kuat, membuat kita ingin tahu apa yang akan terjadi selanjutnya
Beberapa naskah yang “bulat” dan sekali lirik langsung gue terima adalah Rival/AmaliaBeauty and the Best/Luna Torashyngu, dan Dokter, Pelukis, dan si Cowok Plin-Plan/Ken Terate. Ini novel-novel awesome dan gue bangga terlibat dalam “kelahiran” mereka.

Dari pengalaman gue sendiri dan tanya-tanya orang lain, novel-novel begini lahir setelah perencanaan matang. Alur cerita dipikirkan betul-betul, baru dituangkan. Kadang ada unsur “magis”-nya seperti “Cerita itu datang secara utuh ke diri gue”. Yap, gak bisa diterangkan dengan logis... hehehe... Tapi gue rasa dengan banyak latihan, unsur magis itu bisa dikikis. Selain itu persistensi, keukeuh mau menulis sampai selesai, “kebulatan” novel itu bisa dicapai juga.

4. Persiapan
Anyway, menurut gue, sebenarnya novel yang “bulat” itu juga dilahirkan dari:

Riset

- mengenai topik karangan
Seberapa jauh si pengarang mengenal topik karangannya? Apakah ada unsur kisah hidupnya dalam karangan itu? Kalau ada--misalnya Esti Kinasih yang mengambil gambaran masa SMA-nya dalam novel-novelnya--tentu lebih mudah untuk memberi gambaran yang hidup. Tapi kalau tidak? Cari tahu sebanyak mungkin, baik dari referensi bacaan maupun dari wawancara dengan orang yang tahu. Clara Ng melakukan wawancara ini untuk memberi gambaran yang hidup akan kawasan Glodok, Jakarta bagi novel Dimsum Terakhir.

- di luar topik karangan
Seberapa banyak buku yang sudah si pengarang baca? Bacalah sebanyak mungkin bahan, mau itu buku novel, nonfiksi, self-help, majalah, koran, bahkan koran sekelas Lampu Merah sekalipun. Bacaan yang kaya, meski tidak langsung menyinggung topik karangan, akan memberi warna pada karangan. Dan akan “memberitahu” pembaca seberapa deep si pengarang. Gaya menulis akan terpengaruh, dan pengarang akan tampil cerdas--ya karena dia memang cerdas dengan kekayaan bacaannya.

Guide book tentang mengarang
Oke, mengarang katanya gampang. BOHONG! Memang mengarang tidak segampang itu. Bahkan setelah kamu menghasilkan 100 halaman ketik di komputer, membuat karangan yang bagus tetap tidak gampang. Tapi seperti segala hal di zaman ini, ada berbagai guide book soal mengarang fiksi. Beberapa yang bisa dibaca adalah On Writing/Stephen King, Letters to Young Novelist/Mario Vargas Llosa, (lupa)/Ismail Marahimin à buku ini jadi pegangan kuliah Penulisan Populer di UI, covernya abu-abu dan bisa dibeli di toko buku kok. Dan meski tidak teknis tentang novel, tapi bisa memperkaya hidup: Letters to a Young Poet/Rainier Maria Rilke.

Coret-coretan
Saat search tentang Phillip Pullman, salah satu yang menarik bagi gue adalah betapa dia merasa Post-It penemuan modern yang sangat penting. Kenapa? Karena dia menggunakan Post-It untuk menulis alur serta adegan novelnya, lalu memindah-mindah Post-It tersebut sampai membentuk cerita yang sesuai yang keinginannya. Cara ini bisa disontek, atau ya paling gampang, temukan cara kamu sendiri. Mungkin dengan cut-paste di komputer? Mungkin dengan kertas buram? Biarpun bukan membuat alur yang saklek seperti diajarkan dalam pelajaran bahasa, tapi pengarang harus membuat coret-coretan.

Senin, 01 Maret 2010

DPR-MA-DepDikNas Bahas UN


Komisi X  DPRKomisi Pendidikan Dewan Perwakilan Rakyat akan mengundang Mahkamah Agung dan Departemen Pendidikan Nasional, Selasa (19/1) besok. Rapat konsultasi itu akan membahas prokontra pelaksanaan Ujian Nasional yang rencananya bakal dilangsungkan pada Maret mendatang.
Ketua Panitia Kerja Ujian Nasional Rully Chairul Azwar mengatakan, rapat konsultasi itu diadakan setelah keluarnya amar keputusan MA soal Ujian Nasional beberapa waktu lalu. Dalam keputusannya, MA memenangkan pihak penggugat yang artinya memenangkan kelompok yang menolak diadakannya Ujian Nasional bagi peserta didik.

“Di rapat itu kami akan klarifikasi apakah benar Ujian Nasional tidak boleh berjalan sama sekali,” kata Rully yang juga Wakil Ketua Komisi X pada Tempo, Minggu (17/1) malam. Klarifikasi ini, kata Rully, penting dilakukan sebagai dasar hukum pelaksanaan ujian nasional setelah keluarnya amar MA tersebut.

Rully menjelaskan, sebenarnya dalam amar keputusannya, MA tidak serta merta menolak dilangsungkannya ujian nasional. Dalam amarnya itu, MA juga meminta pihak pemerintah untuk melakukan sejumlah perbaikan-perbaikan. Perbaikan yang dimaksud di antaranya peningkatan standar pendidikan, peningkatan mutu guru, serta peningkatan akses pendidian.
Karena itulah, Panja akan memastikan status Ujian Nasional yang rencananya akan berlangsung Maret mendatang. “Apakah tidak boleh berjalan sama sekali ataukah bisa berjalan pararel sembil dilakukan perbaikan,” kata Rully.
Hal lain yang akan dibahas dalam pertemuan tiga pihak itu, kata Rully, adalah masalah metodologi penentuan kelulusan. Selama ini, kata dia, masih ada perbedaan pendapat apakah UN menjadi satu-satunya ukuran kelulusan siswa.
Menurut dia, dasar hukum pelaksanaan Ujian Nasional termaktub dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 58 ayat (1) dan (2). Tetapi teknis penentuan kelulusan diatur dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 19 (note: tahunnya lupa) tentang Syarat Kelulusan.
Dalam PP itu, lanjut Rully, ada empat faktor untuk menentukan kelulusan siswa. Keempat faktor tersebut adalah siswa telah menyelesaikan semua mata pelajaran, siswa lulus ujian akhir sekolah untuk mata pelajaran eksakta, siswa lulus ujian akhir sekolah mata pelajaran noneksakta, serta siswa lulus UN.
Karena ada empat faktor kelulusan itu, kata Rully, pertemuan besok juga akan memastikan posisi pasti tiap faktor. Dalam arti apakah jika siswa tidak lulus dalam ujian akhir sekolah namun mendapat nilai UN yang bagus berarti dia bisa lulus. Begitu juga pertanyaan sebaliknya. “Karena itu kita akan tanyakan apakah UN menjadi satu-satunya ukuran kelulusan, padahal PP menyebut ada empat faktor kelulusan,” kata Rully.
Mengacu PP tersebut, secara eksplisit Rully mengaku tidak setuju jika UN ditempatkan sebagai satu-satunya ukuran kelulusan. “Akan tetapi, jika UN diposisikan sebagai alat 

Siapa Takut UN


presiden-sbyPresiden Susilo Bambang Yudhoyono meminta siswa tidak takut menghadapi Ujian Nasional (UN) yang tetap dilaksanakan oleh pemerintah pada Maret 2010.
“UN itu bukan hantu, bukan momok, bukan apa-apa,” ujar Presiden kepada para murid ketika mengunjungi SMP Negeri 2 Labuan, Kabupaten Pandeglang, Banten, Kamis.

Presiden mengatakan, UN hanya ukuran untuk mengetahui apakah siswa setelah menempuh pendidikan tiga tahun di tingkat SMP atau SMA dan enam tahun SD menguasai materi yang diajarkan.

UN juga digunakan untuk mengukur kesiapan siswa menghadapi pendidikan lebih tinggi. “Kalau tidak ada ukuran tidak mungkin. Semua yang pernah sekolah juga pernah menjalani UN,” ujarnya.
Apabila ada satu dari sepuluh siswa yang tidak lulus UN, jelas Presiden, bisa jadi siswa itu yang bermasalah sehingga belum tentu sistem ujiannya yang tidak baik.
Presiden lalu berjanji bahwa Menteri Pendidikan Nasional dan Menteri Agama akan menyiapkan seluruh sekolah di Indonesia untuk siap menghadapi UN.
“Pemerintah berketetapan karena tujuannya sangat baik, sambil dengarkan pendapat rakyat, putusan MA, dengarkan DPR, pemerintah melakukan perbaikan-perbaikan, persiapan, agar ketika UN dilaksanakan Insya Allah anak-anak kita bisa mengerjakan dengan baik dan banyak yang lulus,” kata Presiden.
Saat kunjungan ke SMP Negeri 2 Labuan, Pandeglang, Presiden sempat memberikan soal-soal dari buku uji coba UN untuk tingkat SMP. Di salah satu kelas, Presiden memprotes soal ujian UN Bahasa Inggris yang menurutnya teralu sulit untuk murid SMP.
“Saya mewakili murid-murid untuk SMP, Bahasa Inggrisnya menurut saya, soalnya terlalu sulit. Kalau seandainya menurut kalian soal-soal ini sulit, maka saya minta Pak Nuh (Mendiknas) agar ini dianalisa,” demikian Presiden.
Soal UN Bahasa Inggris Susah
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengakui soal ujian Bahasa Inggris untuk anak SMP terlalu susah. Penilaian ini berdasarkan soal-soal latihan Bahasa Inggris yang dibaca SBY pada saat mengunjungi SMP Negeri 2 Labuan, Pandeglang-Banten.

Pada saat itu SBY tengah mendikte soal Bahasa Ingrris kepada siswa kelas 9 (3 SMP), setelah itu dia menyadari bahwa soal ujian Bahasa Inggris terlalu sulit bagi anak SMP. SBY lalu menanyakan kepada Mendiknas M Nuh apakah soal-soal Bahasa Inggris terlalu sulit.
“Saya menilai ini agak sulit, ini masukan, saya pro murid jangan terlalu sulit,” kata SBY di depan siswa SMP Negeri 2 Labuhan, Pandeglang-Banten Kamis 28 Januari 2010.
Selain ujian Bahasa Inggris, SBY juga mengajarkan Bahasa Indonesia dan Matematika. Dalam soal Matematika, SBY memberikan soal sendiri dengan bercerita perbedaan suhu pada saat dirinya ke luar negeri.
“Anak-anak pernah datang ke kota suhunya dingin sekali? Bulan Desember Pak SBY dan Ibu Negara dan rombongan datang ke Eropa. Sampai Brussel suhunya 0 derajat, Paris minus 1 derajat celcius, Berlin minus 3 derajat celcius, setelah Denmark juga sama, tiba di tanah air suhunya kembali 30 derajat, berapa perbedaan suhunya?” tanya SBY.
Dalam kelas Matematika itu SBY juga mengajar dengan menulis soal di papan tulis “Jika 4x-5 = x+13, berapa x?” Dua murid
berhasil menjawab soal dengan jawaban 8, namun ketika disuruh untuk maju ke depan untuk merinci jawabannya, kedua murid itu tak bisa.

Lalu SBY menjelaskan dengan cara layaknya guru matematika sehingga menghasilkan angka 8. “Mungkin karena ada SBY jadi
grogi, padahal bisa,” kata SBY.

Dikutip dari Internet

Ujian Nasional Ulang

Langkah Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) untuk kembali menggelar ujian nasional (UN) ulang ditanggapi positif berbagai kalangan. UN ulang dianggap lebih baik ketimbang ujian persamaan.
bnsp
Pengamat pendidikan Prof Arief Rachman mengatakan, adanya kesempatan untuk mengulang UN merupakan langkah yang baik. “Mengulang UN itu lebih baik daripada siswa yang tidak lulus harus mengikuti ujian paket A (setara SD), paket B (setara SMP), atau paket C (setara SMA) yang nonformal itu. Jalurnya sudah benar,” katanya saat dihubungi Warta Kota, akhir pekan.
Hal senada disampaikan St Kartono, guru sekaligus pengamat pendidikan asal Yogyakarta. “Adanya kesempatan mengulang UN merupakan salah satu cara agar siswa bisa berupaya lebih balk lagi. Mengulang UN adalah hak setiap anak,” katanya di Yogyakarta.
Kartono berpendapat, mengadakan UN ulang merupakan langkah yang lebih baik daripada memberikan pilihan lain ikepada siswa yang tidak lulus dengan mengikuti ujian paket. “Ujian paket itu jalur pendidikan nonformal, sedangkan UN jalur pendidikan formal,” katanya.
Sebelumnya, Sekretaris BSNP Edy Tri Baskoro mengatakan, UN ulang diberlakukan lagi tahun ini supaya siswa tidak tertekan. Pelaksanaan UN juga dimajukan dari April menjadi Maret.
Psikolog Kasandra Putranto mengatakan, dilihat dari sudut pandang psikologi anak, mengulang UN di tahun ajaran yang sama bagi siswa yang tidak lulus merupakan hal yang baik. Menurut Kasandra, konsep pendidikan yang sebenarnya adalah memberikan kesempatan bagi anak untuk tumbuh dan berkembang.
“Jika ada kesempatan untuk mengulang UN bagi siswa yang tidak lulus, itu bagus. Kita harus mengedukasi anak, bukan sebaliknya, menghambat siswa yang ingin berkembang,” katanya.
Ditanya soal jadwal UN yang dimajukan, Arief mengatakan, haI itu sudah diperhitungkan. “Mereka harus siap dan banyak berlatih. Metode belajar jangan hanya individu saja, tetapi juga berkelompok,” kata Ketua Harian Komisi Nasional Indonesia untuk UNESCO ini.
Dia menyarankan para siswa kelas akhir, seperti kelas VI, IX dan XII, harus bisa menyiasati majunya jadwal UN itu. “Usahakan tidak hanya belajar secara reguler, tetapi ada pelajaran tambahan atau matrikulasi agar pemahaman pelajarannya lebih dalam,” katanya.
Bagi Kasandra, dimajukannya jadwal UN harus disikapi dengan cermat oleh para siswa. Pada tahun ajaran yang lalu para siswa belajar selama 10 bulan dalam setahun, sedangkan pada tahun ajaran sekarang lebih pendek, hanya 8-9 bulan.
Sumber: Internet