Minggu, 11 April 2010
WANGSIT PRABU SILIWANGI
Minggu, 07 Maret 2010
Yang Harus Diingat dalam Menulis
Tiap orang punya cara masing-masing dalam menulis. Ada yang langsung dapat menemukan metode yang membuatnya bersemangat untuk berkarya, ada juga yang mentok dan baru menemukan pencerahan setelah membaca-baca tips atau buku mengenai kepenulisan. Semoga dengan membaca tips-tips di bawah ini, kamu jadi lebih semangat dalam menulis.
- Cari tahu mengapa kamu ingin menulis. Kalau perlu catat dan tempelkan di tempat yang kamu lihat setiap hari. Saat kecewa karena naskahmu ditolak penerbit atau mendapatkan komentar menyebalkan, ingat-ingat alasanmu menulis supaya tetap termotivasi.
- Perbanyak membaca dan latihan menulis. Practice does make perfect!
- Bikin target yang realistis agar kamu tetap semangat. (Satu halaman sehari, misalnya.)
- Disiplin! Kalau niatmu menulis untuk jadi profesional (atau minimal semi-pro lah), mana bisa hanya dengan mengandalkan mood. Kalau memungkinkan, buat jadwal khusus dalam sehari untuk menulis.
- Ciptakan suasana menulis yang mendukung. Bisa dengan menyetel lagu-lagu kesayanganmu, menyiapkan camilan serta minuman favoritmu sebagai penyemangat beraktivitas. Bisa juga dengan membereskan tempat khususmu menulis. Idealnya kita punya ruangan tersendiri untuk berkreasi dalam dunia tulis-menulis, tapi kalaupun tidak kita toh masih bisa menghiasi meja menulis kita dengan pernak-pernik unik serta menarik.
- Bawa buku catatan kecil ke mana pun kamu pergi. Begitu sebuah ide muncul, segera catat.
- Cara terbaik menghadapi writer’s block adalah dengan memercayai writer’s block itu hanya mitos. Kebingungan mereka plot? Kan bisa disiasati dari awal dengan membuat kerangka.
- Bedakan writer’s block dengan kejenuhan dalam menulis. Kadang seorang penulis harus “mengendapkan” naskahnya sebentar dan bersosialisasi atau bermeditasi, apa pun yang bisa membuatmu kembali segar.
- Cari tahu kelebihanmu apa. Bidang apa yang paling kamu kuasai? Misalnya kamu kuliah di bidang kedokteran. Akan lebih alami bagimu menulis kisah mengenai seorang dokter dan bukannya seorang pengacara.
- Hindari menulis mengenai diri sendiri. That’s what diaries are for! Boleh-boleh saja menulis berdasarkan pengalamanmu, tapi ingat kata-kata Tom Clancy: The difference between fiction and reality? Fiction has to make sense.
- Ikuti berbagai kegiatan dan perbanyak temanmu. Dengan memperluas pergaulan, kamu bisa mendapatkan inspirasi dari mereka. Pengetahuanmu juga akan bertambah. Lumayan tuh, untuk background information bagi karyamu.
- Cari sahabat sesama penulis, agar bisa saling memberi dukungan dan masukan. Jauhkan pikiran untuk berkompetisi atau apa pun lah. Iri karena sahabatmu sudah menghasilkan tulisan dan kamu belum? Tenang saja. Kalau kamu tekadnya kuat dan tetap disiplin, someday, your time will come.
- Kalau ingin menjadi penulis profesional, pikirkan untuk berinvestasi membeli KBBI alias Kamus Besar Bahasa Indonesia juga kamus tesaurus. Selain menambah kosa katamu, kamu juga bisa mengecek ejaan kata yang membuatmu bingung. Seorang penulis yang baik seharusnya mempermudah kerja editor dengan cara memoles naskahnya secantik dan sesempurna mungkin. Menulis dengan ejaan yang tepat dan tata cara yang benar akan membuat naskahmu jadi lebih rapi dan enak dibaca.
- Saat ingin menerbitkan buku, pelajari dulu karakteristik sebuah penerbit sebelum mengirimkan naskahmu ke sana. Caranya bagaimana? Baca beberapa buku penerbit tersebut. Kalau “nadanya” mirip-mirip dengan karyamu, berarti ada kemungkinan naskahmu akan diterbitkan mereka.
- Tulisanmu ditolak? Biasa. Bahkan penulis sekaliber Stephen King pun sering ditolak di masa mudanya. Tetap berusaha. Ada banyak koran/majalah/tabloid/penerbit di luar sana.
- Kalau capek menerima penolakan, kamu bisa mempertimbangkan untuk menerbitkan sendiri karyamu.
TIPS MENGARANG
a) Penggunaan tanda baca dan diksi
Menguasai tanda baca bukan sekadar tahu di mana menaruh titik, koma, tanda kutip dan kawan-kawan. Melainkan juga paham fungsinya. Misalnya, koma memberikan jeda. Sementara titik menyuruh kita berhenti dan menyatukan makna kalimat yang kita baca.
Pengolahan diksi juga bukan sekadar menggunakan kata-kata yang terasa indah. Atau pengulang-ulangan. Namun juga bagaimana menyampaikan cerita agar terasa mengalir. Dan terbayang jelas di benak.
Jangan sembarangan memanjangkan kalimat dengan merantai-rantai koma. Atau lupa diri membumbui kalimat dengan kata-kata indah. Karena bisa membuat pembaca kehabisan napas.
Napas? Ya, ada yang namanya napas membaca.
b) Menyamakan napas membaca (bermain pewaktuan)
Dalam menari berpasangan, kita akan diajarkan untuk menyamakan napas dengan pasangan kita. Menulis juga sama dengan berdansa. Kita perlu menyamakan napas dengan pembaca. Kalau kita terus-menerus membawa pembaca dengan alur cepat, mereka bisa ketinggalan langkah.
Cobalah ingat saat kita asyik membaca cerita. Cerita serasa berputar di benak kita. Menari. Ketika kita harus membalik halaman untuk membaca sekali lagi, keasikan itu terganggu. Tarian di benak kita berhenti. Terpaksa mulai lagi dari berpegangan tangan dan melangkah.
Dan itu meliputi juga dua bagian berikut;
c) Menguntai paragraf
d) Menyajikan alur cerita
e) Penokohan dan interaksi antartokoh
Inilah faktor utama pengait emosi pembaca. Plot kita bisa sederhana saja: cinta antara dua orang manusia. Tapi dengan tokoh yang kuat, pembaca bisa tetap memiliki keterkaitan emosi yang hebat.
Apa hubungannya lima poin di atas dengan cerita yang lebih berbobot? Memangnya, apakah definisi berbobot bagi kamu?
1) Apakah menulis cerita yang tidak pernah dipikirkan orang sebelumnya?
2) Apakah menulis plot yang begitu kompleks agar pembaca bingung dalam memahaminya?
3) Atau apakah menulis suatu cerita yang berisikan suara khas kita, penulisnya? Sehingga karya ini menjadi otentik?
Bagi saya, cerita berbobot itu adalah yang ketiga. Cerita jenis pertama sudah tidak ada lagi di dunia. Dan jenis kedua pasti berhasil dalam tujuannya: membuat bingung.
Cara Mengarang yang Baik
Tentu saja ejaan berperan besar. Dan klmt-klmt itu gk dsngkt-sngkat. Emangnya lagi nulis SMS? Ini kelemahan besar para remaja yang lagi dilanda demam wanna-be-writers. Lame excuse: kan ada editor. Hei, dengar ya, kerjaan editor itu more than just mbenerin ejaan, meskipun mbenerin memang ejaan itu part of our job. Kalau terlalu parah, tentu saja naskah akan ditolak mentah-mentah.
Next, kalimat. Banyak pengarang yang membuat kalimat berpanjang-panjang, membuat capek yang membaca. Hindari ini. Contoh sederhana: “Dia memukul adiknya tidak keras.” Kalimat ini tidak salah, tapi tidak efektif. Jauh lebih menyenangkan membaca: “Dia memukul pelan adiknya.”
Hindari juga tuturan yang terlalu “terjemahan”. Hari gini dengan serbuan berbagai bahasa asing lain (gak cuma Inggris), jadinya kalimat yang kita pakai sering kali bukan kalimat bahasa Indonesia.
2. Ide
Semua ide itu basi, yang baru adalah cara penyampaiannya. Yap, sialnya kita tidak hidup di abad ke-12, hari gini hampir segala hal udah ditemukan, semua cerita udah pernah dituturkan. Tapi gimana cara menuturkannya?
Balik lagi ke cerita cowok-cewek saling benci tapi akhirnya saling cinta, yang diungkit Siska di posting sebelum ini. Ya ampun, cerita itu udah seribu dua ratus ribu juta kali diceritain sepanjang sejarah. Atau cerita cowok-cewek saling cinta tapi ditentang keluarga. Mmm... inget Romeo dan Juliet? Tapi cerita-cerita begini bukannya gak bisa diceritakan ulang, bikin dong tokoh sempalan. Misalnya buat si Juliet punya oom yang membela dia, atau bikin si Romeo bingung karena ada Julia selain Juliet. Atau... atau... ada seribu atau lagi.
Atau kalau saklek mesti cerita Romeo-Juliet ditentang keluarga, bikin dong keluarganya funky, atau masokis. Atau... atau... dan sejuta atau lain. Be creative, gunakan sel abu-abu otakmu itu! Inti cerita boleh sama, polesannya harus beda.
Satu contoh TeenLit lama tapi baru yang bagus adalah TeenLit terjemahan: Sang Putri dan si Miskin/The Princess & the Pauper, karya Kate Brian. Dari judulnya saja ceritanya bisa ditebak, tapi apakah ceritanya jadi membosankan? Sebaliknya, ini salah satu TeenLit paling seru yang pernah gue baca.
Satu hal lagi tentang ide dan kreativitas ini: awal cerita. Masih inget gak waktu kita SD dulu disuruh mengarang? Mayoritas karangan akan diawali dengan “Pada suatu hari aku... (dst).” Karangan gue waktu SD dinilai bagus karena gue menghindari pakem “Pada suatu hari...” ini. Rupanya pakem ini sekarang bergeser ke “Kring... kriing... Beker berbunyi keras. Aku membuka mata. Oh, tidak! Sudah jam tujuh! Ibu, kenapa Ibu tidak membangunkanku?” Yap, dari 30-an naskah yang kami, para editor, baca tiap bulannya ada paling tidak 20 yang diawali dengan pakem itu. Walhasil, langsung saja ke-20 naskah “Kring-kring” itu kami buang. So, awalilah novel dengan sesuatu yang bombastis dan menarik. Ledakan bom, mungkin? Adegan putus? Adegan ciuman? Hehehe...
3. Penulisan
Mulai main feeling, artinya ini benar-benar pendapat gue pribadi dan agak susah dijelaskan secara faktual. Bagi gue, novel yang bagus adalah novel yang “bulat”. Ini istilah gue, dan gue bisa merasakan novel yang bulat dari beberapa bab awal yang gue baca. Bukan karena gue sakti ya, tapi kalo gue coba pikir, karena:·
- Tokoh-tokoh novelnya kuat membuat kita “kenal” mereka. Gimana sih tokoh yang “kuat” itu? Tokoh itu gambaran fisik dan karakternya jelas. Misalnya tokoh Raya dalam Rival, yang langsung kita tangkap sebagai cowok yang lumayan tangguh, tapi ada segi lembutnya juga. Atau tokoh Ira dalam Beauty and the Best yang model. Mudah sekali menangkap seperti apa sih tokoh-tokoh ini.
- Jalinan cerita (alur)-nya kuat, membuat kita ingin tahu apa yang akan terjadi selanjutnya
Beberapa naskah yang “bulat” dan sekali lirik langsung gue terima adalah Rival/Amalia, Beauty and the Best/Luna Torashyngu, dan Dokter, Pelukis, dan si Cowok Plin-Plan/Ken Terate. Ini novel-novel awesome dan gue bangga terlibat dalam “kelahiran” mereka.
Dari pengalaman gue sendiri dan tanya-tanya orang lain, novel-novel begini lahir setelah perencanaan matang. Alur cerita dipikirkan betul-betul, baru dituangkan. Kadang ada unsur “magis”-nya seperti “Cerita itu datang secara utuh ke diri gue”. Yap, gak bisa diterangkan dengan logis... hehehe... Tapi gue rasa dengan banyak latihan, unsur magis itu bisa dikikis. Selain itu persistensi, keukeuh mau menulis sampai selesai, “kebulatan” novel itu bisa dicapai juga.
4. Persiapan
Anyway, menurut gue, sebenarnya novel yang “bulat” itu juga dilahirkan dari:
Riset
- mengenai topik karangan
Seberapa jauh si pengarang mengenal topik karangannya? Apakah ada unsur kisah hidupnya dalam karangan itu? Kalau ada--misalnya Esti Kinasih yang mengambil gambaran masa SMA-nya dalam novel-novelnya--tentu lebih mudah untuk memberi gambaran yang hidup. Tapi kalau tidak? Cari tahu sebanyak mungkin, baik dari referensi bacaan maupun dari wawancara dengan orang yang tahu. Clara Ng melakukan wawancara ini untuk memberi gambaran yang hidup akan kawasan Glodok, Jakarta bagi novel Dimsum Terakhir.
- di luar topik karangan
Seberapa banyak buku yang sudah si pengarang baca? Bacalah sebanyak mungkin bahan, mau itu buku novel, nonfiksi, self-help, majalah, koran, bahkan koran sekelas Lampu Merah sekalipun. Bacaan yang kaya, meski tidak langsung menyinggung topik karangan, akan memberi warna pada karangan. Dan akan “memberitahu” pembaca seberapa deep si pengarang. Gaya menulis akan terpengaruh, dan pengarang akan tampil cerdas--ya karena dia memang cerdas dengan kekayaan bacaannya.
Guide book tentang mengarang
Oke, mengarang katanya gampang. BOHONG! Memang mengarang tidak segampang itu. Bahkan setelah kamu menghasilkan 100 halaman ketik di komputer, membuat karangan yang bagus tetap tidak gampang. Tapi seperti segala hal di zaman ini, ada berbagai guide book soal mengarang fiksi. Beberapa yang bisa dibaca adalah On Writing/Stephen King, Letters to Young Novelist/Mario Vargas Llosa, (lupa)/Ismail Marahimin à buku ini jadi pegangan kuliah Penulisan Populer di UI, covernya abu-abu dan bisa dibeli di toko buku kok. Dan meski tidak teknis tentang novel, tapi bisa memperkaya hidup: Letters to a Young Poet/Rainier Maria Rilke.
Coret-coretan
Saat search tentang Phillip Pullman, salah satu yang menarik bagi gue adalah betapa dia merasa Post-It penemuan modern yang sangat penting. Kenapa? Karena dia menggunakan Post-It untuk menulis alur serta adegan novelnya, lalu memindah-mindah Post-It tersebut sampai membentuk cerita yang sesuai yang keinginannya. Cara ini bisa disontek, atau ya paling gampang, temukan cara kamu sendiri. Mungkin dengan cut-paste di komputer? Mungkin dengan kertas buram? Biarpun bukan membuat alur yang saklek seperti diajarkan dalam pelajaran bahasa, tapi pengarang harus membuat coret-coretan.
Senin, 01 Maret 2010
DPR-MA-DepDikNas Bahas UN
Siapa Takut UN
Ujian Nasional Ulang
Selasa, 23 Februari 2010
Strategi Jitu untuk Ujian Nasional
Selasa, 09 Februari 2010
Kiat Menghadapi UN
1. Berdoalah pada Tuhan
2. Hadapilah ujian dengan tenang dan proporsional
Hadapilah ujian ini dengan sikap yang tenang dan proporsional bahwa ujian sebagai sesuatu yang harus dihadapi, dilalui. Sikap tenang akan memungkinkan kita menyusun rencana menentukan strategi dan menjalaninya dengan senang.
3. Bersikaplah proaktif
Proaktif adalah suatu sikap yang beranggapan bahwa kita sendirilah yang menentukan keberhasilan dan kegagalan dalam hidup ini, termasuk dalam menghadapi UAN. Yakinlah bahwa kerja keras dan usaha keras yang kita lakukan akan membuahkan hasil. Dalam menyikapi standar minimal 5,50 justru yang terbaik adalah kita sendiri membuat patokan standar nilai minimal. Misalnya, menargetkan 7,01 atau 8,01 sehingga yang muncul adalah tantangan bukan beban.
4. Buatlah rencana
Menghadapi ujian dapat diibaratkan sebagai perjalanan menuju sukses. Sebagaimana perjalanan sukses, sudah sepatutnya kita membuat perencanaan. Dari sekian banyak bahan pelajaran yang harus dipelajari dipilah-pilah antara bahan UAN dari pusat dengan bahan ujian dari sekolah. Antara bahan kelas satu, kelas dua, dan kelas tiga, pelajaran hitungan dan hafalan, sehingga dapat dipelajari dengan teratur dan sistematis. Model belajar semacam itu dapat meringankan dan lebih mengefektifkan cara kerja otak. Salah satu hukum otak yaitu dapat bekerja maksimal dengan cara teratur dan sistematis.
5. Perbanyaklah baca dan latihan soal
Salah satu kelebihan yang dimiliki oleh lembaga bimbingan belajar adalah para siswa banyak berlatih memecahkan soal-soal dengan cepat. Kita dihadapkan pada soal-soal yang harus dijawab dan dipecahkan dengan tepat. Dengan sering kita berlatih maka kita terbiasa dan terlatih, sehingga tidak cemas atau grogi dalam menghadapi soal (ujian).
6. Belajar kelompok
Belajar kelompok merupakan salah satu cara yang dapat dipakai para siswa untuk berbagi dengan teman yang lain dalam memecahkan soal dan saling menguatkan motivasi belajar dan prestasi. Para siswa daripada banyak bermain dan membuang-buang waktu dengan percuma, manfaatkanlah dengan cara belajar berkelompok dengan teman di sekolah atau di sekitar tempat tinggal kita.
7. Efektifkan belajar di sekolah
Masih terdapat siswa yang datang ke sekolah dan hadir di kelas dengan alakadarnya atau sekadar hadir, tidak mengoptimalisasikan semua potensi dirinya untuk meraih hasil terbaik dalam daya serap materi maupun prestasinya. Padahal jika dimaksimalkan, niscaya hasilnya akan lebih bagus walaupun tidak ditambah dengan les-les yang lain di luar jam sekolah. Pada umumnya, para siswa kurang menggunakan kemampuan nalarnya dalam belajar, baru sebatas menghafal. Siswa juga masih kurang untuk bertanya, berdialog bahkan berdebat dengan gurunya. Padahal kemampuan bertanya salah satu upaya untuk memperkuat pemahamaman atau pengertian dan keterampilan belajar.
8. Mohon doa restu dari orang tua
Yakinlah bahwa jika kita lulus maka orang tua kita akan senang dan bangga. Jadikanlah perjuangan menghadapi UAN 2010 sebagai ajang untuk mempersembahkan yang terbaik kepada kedua orang tua kita tercinta. Mohon doa restulah pada orang tua agar kita diberi kemudahan dan kelancaran. Kedua orang tua kita akan dengan senang mendoakan putra-putrinya yang sedang berjuang menghadapi UAN.
9. Rajin Bertanya
Rajin-rajinlah bertanya, karena dengan bertanya kita dapat mengetahui apa yang sebelumnya tidak kita ketahui. Jika ada kata/kalimat yang tidak kita ketahui di dalam buku yang kita pelajari, maka sangat dianjurkan untuk bertanya pada ahlinya, baik itu guru, orang tua, maupun kakak kita. Ketika di sekolah, jika ada penjelasan guru yang tidak kita mengerti maka bertanyalah. Jangan takut bertanya ! Karena kemungkinan masih banyak teman sekelasmu yang juga tidak mengerti penjelasan guru tersebut, hanya saja mereka malu bertanya.
Kalau tidak pernah bertanya, kita tidak akan tahu sampai kapanpun.
Ingat, “Malu bertanya, sesat di jalan”.
10. Motivasi Diri Anda
Motivasilah diri Anda sedini mungkin untuk belajar, karena dengan adanya motivasi dapat meningkatkan keinginan untuk selalu dan terus belajar. Salah satu cara memotivasi diri Anda adalah dengan membuat beberapa afirmasi, seperti “Kalau dia bisa, kenapa aku nggak bisa?”.
Saya rasa itu semua sudah cukup, tapi kalau kamu punya tips lainnya silahkan tulis komentar kamu, ya.
Semoga sukses di UAN nanti !